Cari Blog Ini

Kamis, 05 April 2012

YULI PURNAMA SARI (2009112069)


Nama                          : Yuli Purnama Sari
NIM                            : 2009 112 069
Semester                     : VI. B
Mata Kuliah              : Menulis Karya Sastra
Dosen Pembimbing   : M. Nasir, M.Pd.

CARAKU MENCINTAIMU

Salahkah jika ku merasa sedih
Saat ku melihat dirimu bersamanya?
Rasa ini tidak akan hilang
Meskipun kau telah berkata selamat tinggal

Impian tinggallah sebuah kenangan
Yang telah melambung jauh ke angkasa
Perih yang terasa menyesakkan jiwa
Harapan yang ada tinggallah hampa

Kasih, tidakkah kau mengerti
Tak terbilang rasa sakit yang kini ku hadapi
Kau hancurkan keping-keping cinta ini
Menjadi serpihan yang tak mungkin ku satukan lagi

Kini ku hanya bisa mencintamu
Dengan keping-keping cinta yang ada
Dengan cara itulah ku mencintaimu. . 


CERPEN oleh :
YULI PURNAMA SARI
                            2009 112 069

CINTAKU DI TILANG POLISI
            Sayang kamu di mana?
            Di kampus ya?
            Kalo dah pulang kuliah, ntar ku jemput yach. . .
Isi pesan di telepon genggam ku yang ku terima dari pacarku. Dengan perasaan yang berbungan-bunga langsung aku balas pesan itu. Nama ku Fatma, aku dan Aji sudah pacaran hampir 1 tahun.
            “Fatma, aku tunggu di depan kampusmu” SMS Aji padaku.
            “Iya, tunggu aja, bentar lagi ku keluar.” Balasku.
Sekitar 10 menit kemudia mata kuliah yang ku ikuti akhirnya selesai juga. Aku, Tantri, Emma, dan Dinda mengajakku ngobrol dulu.
            “Akhirnya sesai juga pelajaran pak gembul itu. Sumpah dech dari tadi nich mata merem melek, ngga’ bisa di ajak kompromi.” Kata Tantri memulai topik pembicaraan.
            “Iya, bener banget tu,,,ngantuk abis dech kuliah dengan Pak Herman.” Sambung Emma mengiyakan perkataan Tantri.
            “Ku duluan ya….” Kataku memotong pembicaraan sambil melambaikan tangan.
            “ Eeehhhh,,,tumben cepet banget….emangnya kamu mau kemana?” tanya Dinda heran.
            “ Ku udah di tunggu nich sama Aji,,,ngga’ enak kalau dia kelamaan nunggu.” Jawabku.
            “ Cie, cie, cie…yang udah dijemput.” Dianda dan Emma mencoba merayuku.
            “  Ya udah dech sana,,,hati-hati aja ma.” Tantri memperingatkanku.
            Tantri, Emma dan Dinda adalah teman dekat di kampusku, saat ku ada masalah pasti ku cerita dengan mereka. Tantri adalah temn kami yang paling dewasa pemikirannya, maka tidak salah dia selalu menjadi tumpuan tempat kami bercerita melimpahkan suka dan duka kami.
****
           
“Lama ya????, maaf ya kelas ku baru bubar.” Rayuku.
            “ Dikit,,,,bosen juga ya kalo nunggu orang. Tapi ngga’ papa dech yang penting bisa ketemu kamu.” Rayu Aji padaku.
            Aku hanya bisa tersipu malu saat Aji merayuku. Mukaku langsung memerah dan rasanya ingin melayang ke awan kalau dia sudah menembakkan rayuan mautnya. Karena cuaca hari itu sangat mendukung, Aji mengajakku jalan ke sebuah taman kota, katanya biar mesra sedikit.
            “ Kita jalan ya sayang hari nich,,,,kan dah hampir seminggu kita ngga’ jalan.” Bujuk aji padaku.
            “ Iya dech,,,terserah kamu aja.” Jawabku sambil tersenyum.
            Lalu motor kami pun melaju kencang. Tak terasa angin yang meraba kulit. Dan tiba-tiba setitik air hujan jatuh menyapa wajahku, kemudia berarngsung menyerbu badan kami. Karena hujan yang begitu lebat, kami memutuskan untuk berteduh di sebuah gedung olahraga. Deraian hujan yang melantunkan irama musik yang keras, tiba-tiba dipecahkan oleh sirine mobil polisi yang berpatroli di sekitar gedung tersebut.
            “Selamat siang pak. Bisa kami lihat SIM dan STNKnya?” kata polisi mengagetkan kami.
            “ Selamat siang.” Jawabku dan Aji berbarengan.
            Dan Aji mengeluarkan selembar KTP dari tas yang dipakainya, aku pun mengikuti, tetapi tiba-tiba Aji mengejutkanku.
            “ Yank,,,dompetku ketinggalan.” Bisik Aji padaku.
            Aku pun panik tidak karuan, serasa jantung ini berdetak lebih kencang dari biasanya, dan seolah-olah pembuluh yang menyekat jantungku akan putus.
            “ Jadi????” tanyaku panik setengah mati.
            “ Aku ngga’ bawa apa-apa kecuali KTP.” Jawab Aji.
            Ku lihat Aji juga panik, keringatnya mengucur deras, bak air hujan yang menetes dari atap gedung. Aji mencoba mengorek-ngorek tasnya, tetapi percuma yang ada hanya buku, pena, dan alat-alat kuliah miliknya. Dengan berat hati Aji mengatakan kepada polisi itu, bahwa ia tak membawa SIM dan STNK, karena tadi pagi dia buru-buru berangkat kuliah.
            “ Maaf pak, kami di sini menjalankan tugas. Bapak tahu apa kesalahan bapak??? Bapak tidak boleh berdua-duaan di tempat ini, dan bapak memarkirkan motor di tempat tanda yang ada larangan parkirnya.” Terang polisi itu.
            “ Ooohhhh,,,maaf pak saya tidak melihat, tadi hujan begitu deras, jadi saya tidak melihat tanda itu, lagi pula kami tidak berdua-duaan, di tempat inikan banyak yang berteduh bukan kami saja.” Jelas Aji.
            “Ya,,,ini sudah menjadi peraturan Pak. Lagi pula bapak tidak membawa SIM dan STNK, kami bisa saja menahan motor bapak.” Kata polisi dengan tegas.
            “ Jangan dong Pak, kalau motor saya ditahan gimana saya pulang dan mengantar pacar saya Pak???” canda Aji kepada polisi.
            “ Ya sudah begini saja. Kami minta Rp. 200.000 saja, dan motor serta kalian berdua kami bebaskan dari surat tilang.” Kata polisi itu lagi.
            “ Tapi pak,,,kami ngga’ punya uang sebanyak itu. Kami cuma mahasiswa, ngga’ bawa duit sebanyak itu.” Rengek Aji.
            “ Apalagi kalian mahasiswa,,,kalian bisa kami laporkan ke dosen PA kalian masing-masing atas tuduhan berdua-duaan di tempat umum.”
            “Masa’ kayak gitu langsung mau ke dosen PA Pak.” Jawab Aji heran.
            Setelah bernegosiasi panjang dengan polisi-polisi pemakan uang rakyat, akhirnya kami di bebaskan dengan memberi uang sejumlah Rp. 100.000,00. Dan kebetulan hujanpun telah berhenti, lalu kami pun meninggalkan tempat itu dengan mengikhlaskan uang kami. Aku langsung diantar pulang oleh Aji.
            “ Udah kamu istirahat yach…love you.” Kata Aji sambil tersenyum padaku.
            “ Kamu juga hati-hati yach di jalan…love you too.” kataku membalas kata-katanya.
****
  

Nama                          : Yuli Purnama Sari
NIM                            : 2009 112 069
Semester                     : VI. B
Mata Kuliah              : Menulis Karya Sastra
Dosen Pembimbing   : M. Nasir, M.Pd.

SAHABAT JADI CINTA

Dahulu kau dan aku saling bersama
Berbagi suka, duka, tawa maupun canda
Bak ombak di pantai yang saling berkejaran
Gembira ria bersama merangkai mimpi-mimpi kita

Setiap detik yang terlalui
Seakan mengisyaratkan kepada diri
Sosok sahabat yang dinanti
Mengikis setiap jarak dan keadaan

Rentang waktu dan jarak pembatas kita
Merajut, mnyulam sebuah rasa
Raya yang agung antara anak manusia
Yang telah lama tiada bersua

Kini, kita telah saling mengerti
Akan namanya cinta yang suci
Terucapnya serangkai kata tuk sahabat sejati
Sahabat, cintailah aku sekarang
Dan sampai napas ini berhenti

  

Nama                          : Yuli Purnama Sari
NIM                            : 2009 112 069
Semester                     : VI. B
Mata Kuliah              : Menulis Karya Sastra
Dosen Pembimbing   : M. Nasir, M.Pd.
Tema                          : Emansipasi Wanita

POLWAN

Gagah, tegap tubuhmu
Memandang setiap lintasan jalan
Mengintai setiap kendaraan
Tak kenal debu menghamtam
Dirimu tetap tegar

Seragam nan gagah jauh dari keanggunan
Membalut tubuhmu yang tegas
Nyaringnya peluit dari bibirmu
Menjitak setiap pengendara-pengendara nakal

Itulah dirimu ibu polwan
Kau hiraukan terik mentari membakar kulit
Kau singkirkan sisi lemah lembutmu
Menjadi sosok wanita yang tegas dan berwibawa

1 komentar:

  1. puisi dan cerpennya keren-keren banget.......... boleh donk di posting yang lebih banyak lagi.... hehehehehehe

    BalasHapus